Senin, 02 Februari 2009

Bengkak pada Pelir

Jangan menganggap remeh pembengkakan yang terjadi pada buah pelir atau zakar atau scrotum, apalagi di situ tempat sumber kejantanan seorang pria. Bisa jadi nantinya memerlukan tindakan operasi untuk mengatasinya. Masih relatif lebih mudah untuk mengenali jenis kelainan buah pelir ini, cukup dari mengetahui keluhan, perjalanan penyakit serta penampakan bengkaknya itu. Memang untuk menegakkan diagnose pasti, membutuhkan pemeriksaan tambahan, seperti test urine dan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Kelainan itu bisa berupa infeksi, proses radang, penumpukan cairan, hernia, puntiran (torsio) tangkai buah pelir atau bisa berupa suatu tumor. Hampir separuh dari kasus kelainan di buah pelir ini harus diselesaikan dengan pembedahan.

Dari umur penderita bisa membantu untuk menduga kelainan ini. Hampir tidak pernah ada kejadian torsio testis (puntiran buah pelir) pada laki di atas 30 tahun. Terbanyak kejadiannya pada golongan remaja atau umur belasan tahun. Jenis tumor testis juga berhubungan dengan faktor usia. Teratoma muncul pada umur 20 – 30 tahun sedangkan Seminoma pada 30 – 50 tahun. Selain dari umur, rasa nyeri dapat pula dijadikan patokan untuk membedakan kasus ini. Nyeri hebat yang munculnya dirasakan tiba-tiba, menyebar ke bagian atas pelipatan paha dan bisa disertai muntah merupakan gejala dari torsio. Tapi kalau nyeri itu munculnya perlahan dari hari ke hari, apalagi disertai panas badan hampir bisa dipastikan bahwa itu menefestasi dari proses infeksi buah pelir (epididymo-orchitis). Gradasi nyeri ini juga muncul pada kasus hernia, yang awalnya dirasakan cuma nek saja, rasa tidak nyaman hingga nyeri hebat kalau sudah terjadi penjepitan atau hernia inkarserata. Pada sebagian kasus lainnya justru nyeri kurang begitu dirasakan, bahkan tidak ada sama sekali, misalnya pada hydrocele (penumpukan cairan di rongga pelir), kiste epididymis atau pun tumor testis. Keterangan penderita lainnya yang bisa dijadikan informasi tambahan menyangkut riwayat buang air kecil, disertai rasa panas atau tidak dan juga apakah bengkak dan rasa tidak nyaman itu awalnya didahului oleh suatu kejadian trauma atau tidak.

Bengkak atau pembesaran itu bisa kelihatan merata dari pelir hingga ke pangkal, dekat dengan pelipatan paha yang kumungkinan itu adalah hernia inguinalis atakah pembesarannya terbatas pada pelirnya saja. Penampakan kulit yang licin lebih menandakan kalau itu akibat dari penumpukan cairan, seperti pada hydrocele dan hipoalbumin odema. Warna kulit kemerahan lebih menandakan suatu proses infeksi, warna gelap kebiruan curiga terhadap trauma atau benturan sedangkan warna kemerahan, lebih tebal dan gatal, jangan-jangan hanya suatu proses alergi akibat gigitan serangga…

Jika dilakukan perabaan, selain mengevaluasi rasa nyeri dibedakan pula apakah dari pembesaran itu masih bisa teraba buah pelir (testis)-nya atau tidak, apakah pembesaran itu kenyal, keras ataukah fluktuatif (perabaan seperti balon terisi cairan). Dalam keadaan testis yang tenggelam dilapisi cairan, jelas sulit untuk merabanya. Akan juga didapatkan test transluminasi –tembus cahaya- yang positif. Pembesaran yang keras di sekitar buah pelir membawa dugaan terhadap tumor atau tumpukan darah yang memadat (chronic haematocele). Ada juga kasus pelebaran pembuluh darah vena yang dikenal dengan nama varicocele, mesensasikan seperti cacing atau ‘a bag of worm’ pada perabaannya. Penderita akan merasakan nek, kemeng terutama saat disentuh.

Jika saat diraba merasakan nyeri dan pembangkakannya masih terbatas di bagian bawah pelir saja, mungkin dengan pemberian therapi obat serta istirahat yang cukup sudah akan dapat menanggulangi penyakit itu. Tapi jika nyeri itu berasal dari pembengkakan atau pembesaran yang merata dari pelipatan paha, pangkal hingga ke bagian bawah pelir, bisa jadi itu merupakan hernia yang masuk ke rongga pelir dan terjepit. Atau suatu nyeri yang dialami anak laki remaja munculnya mendadak saat istirahat dan pada pemeriksaan didapatkan bentuk buah pelir dengan posisi melintang, menandai bahwa itu gejala serta petunjuk khas suatu kasus torsio testis. Untuk kedua kasus yang terakhir ini, pembedahan emergensi menjadi pilihan tepat untuk penanganannya sebelum berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius dan mengancam….!

Hati-hati Menghadapi Cedera pada Kehamilan

Hati-hati Menghadapi Cedera pada Kehamilan

Monday, February 2nd, 2009


Bagi ibu-ibu yang sedang mengandung, selain diharapkan senantiasa mengontrol kehamilannya secara teratur guna memantau perkembangan janinnya, juga mesti berhati-hati dalam keseharian jangan sampai tubuh yang semakin berat dan tak seimbang itu mengalami cedera atau trauma. Terhadap hubungannnya dengan trauma, perobahan anatomis dan hormonal serta fisiologis lainnya sebaiknya dipahami khususnya oleh tenaga medis sebelum mendiagnosa dan menentukan jenis penanganan yang diberikan. Ada 2 nyawa yang harus diselamatkan yang wajib dipertimbangkan dalam penanganan wanita hamil yang mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu bisa dari hanya cidera ringan, lebih sering kasusnya berupa jatuh terduduk atau pada derajat yang lebih berat seperti trauma langsung, terbentur, tertusuk pada bagian rahim yang membesar atau bahkan hancurnya tulang panggul oleh trauma yang sangat keras.

Pada 3 bulan pertama umur kehamilan sering trauma yang terjadi menimbulkan abortus dan reaksi izoimunisasi yakni percampuran darah janin dan ibu yang ber-rhesus negatif yang dapat menyebabkan masalah pada kesehatan ibu dan janinnya. Pada trisemester kedua, kehamilan sudah makin nampak, dinding rahim masih tebal serta terbentuk cairan amnion yang kesemuanya bisa melindungi janin dari pengaruh trauma. Resiko yang mungkin muncul adalah sulosio plasenta (robek atapun lepasnya ikatan tali pusat janin dari bagian dinding rahim) dan terjadi tercemarnya darah ibu oleh darah anak yang berbeda rhesus serta cairan kandungan yang masuk ke aliran darah ibu (emboli cairan amnion). Pada 3 bulan terakhir kehamilan, justru dinding rahim makin tipis dan posisi kandungan makin menonjol ke permukaan dinding perut. Hal ini lebih memberikan resiko pada janin untuk terkena cedera langsung, baik karena trauma tumpul atau pun luka tusuk. Di samping itu kandungan yang semakin membesar akan menyebabkan tekanan atau hambatan pada aliran darah balik melalui vena besar di bawahnya (vena cava compression). Benturan yang terjadi pada dinding panggul ibu juga dapat menimbulkan perdarahan hebat berasal dari rusaknya struktur vaskuler rahim di dalamnya.

Beberapa perobahan fisiologis yang menyertai yang terkadang mengecohkan dan menyimpangkan interpretasi para tenaga medik, misalnya pada peningkatan cairan plasma, kenaikan komponen darah seperti leukosit dan menurunnya nilai hematokrit. Sehingga penunjukan nilai lab yang sudah mulai signifikan memberi arti sebetulnya sudah terjadi gangguan serius pada janin si ibu. Pula pada penilaian terhadap respirasi, nadi dan tekanan darah bisa dipengaruhi oleh perobahan hormonal dan vena cava compression pada kehamilan yang sudah besar yang menyebabkan aliran darah balik ke jantung menurun. Tapi sekalipun demikian, prinsip-prinsip tata cara pertolongan terhadap ibu hamil yang mengalami trauma tidak berbeda dengan wanita tanpa kehamilan. Yakni dengan mendahulukan penyelesaian masalah di jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi atau problem perdarahan. Lalu bagaimana dengan penanganan dalam hubungannya dengan keselamatan si janin ?

Patokannya adalah dengan melakukan resusitasi atau menstabilkan kondisi si ibu seoptimal mungkin. Hal itu sudah akan menambah jaminan keselamatan janin yang dikandungnya. Evaluasi pengaruh trauma terhadap keadaan janin salah satunya bisa diketahui dengan memonitor denyut nadi janin. Bagitu juga perlu perhatian sungguh-sungguh terhadap kondisi janin jika si ibu mengalami kasus seperti perdarahan melalui vagina, solusio plasenta, nyeri yang tiba-tiba di bagian bawah perut, nyeri yang hebat di seluruh perut sebagai tanda terjadinya robekan lapisan rahim serta kejang-kejang disertai hipertensi sebagai tanda-tanda terjadi eklampsia. Sudah barang tentu semua kejadian di atas sekali pun diawali dengan kejadian trauma sebelumnya, harus menghubungi dokter Ahli Kandungan untuk mengevaluasi dan penanganan pasien lebih lanjut.

Jadi untuk dokter yang bertugas di UGD, ketika mendapatkan pasien wanita umur 20 hingga 40 tahun yang mengalami trauma dalam kondisi tidak sadar atau tidak mendapat keterangan lebih lanjut harus dianggap dulu sedang hamil sebelum terbukti tidak. Pada kehamilan di atas 6 bulan atau lebih, jangan lupa menempatkan pasien sedikit dimiringkan ke kiri pada saat melakukan pemeriksaan serta tindakan guna mencegah tekanan terhadap aliran darah baliknya. Prinsip resusitasi tidak berbeda seperti pasien lainnya dan harus konsultasikan pasien ke dokter Spesialis Kandungan untuk kasus-kasus serius yang diprediksi berpengaruh pada perkembangan janin si ibu….

S t r u m a

Apa itu struma?

Segala yang berhubungan dengan pembesaran kelenjar thyroid tanpa memperhitungkan penyebabnya. Sedangkan istilah tumor pada kelenjar thyroid –yang lebih dikenal dengan nodule- berhubungan dengan apa yang disebut neoplasma. Dan pembesaran itu sendiri bisa berkenaan dengan gangguan fungsi atau pun kelainan perkembangan sel serta struktur kelenjarnya.

Dimana sebetulnya letak dan fungsi kelenjar thyroid bagi tubuh?

Letaknya persis di leher bagian depan, menempel pada saluran nafas, terbentuk dari 2 lobus (benjolan) kira kanan yang dipisahkan oleh isthmus (bagian tidak menonjol) di bagian tengah dan terlihat bergerak pada saat proses menelan. Menempel di bagian belakang sebelah kanan kiri juga, masing-masing 2 buah, suatu kelenjar yang jauh lebih kecil ukurannya tapi memegang peranan penting dalam tubuh terutama mengatur kadar kalsium. Kelenjar ini disebut parathyroid. Struktur anatomi yang penting lainnya yang sangat menjadi perhatian saat pembedahan adalah pembuluh darah yang mengaliri berasal dari arteri besar di dekatnya dan adanya saraf penting yang mempengaruhi pita suara yang berjalan di bawahnya. Sebagai salah satu kelenjar endokrin tubuh, pengaturan fungsi kelenjar dimotori dari bagian susunan saraf pusat untuk merangsang mengeluarkan hormon thyroksin (T4) dengan bentuk aktif (T3) yang diperlukan guna pembentukan kolori dalam tubuh dan banyak bekerja pada sistem kardiovaskuler, muskuloskletal, saraf dan lain-lain.

Kenapa bisa membesar?

Bisa oleh karena ukuran sel-selnya bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan sekitanya yang bertambah dengan pembentukan struktur morfologi baru. Yang mendasari proses itu ada 4 hal utama. Pertama karena gangguan perkembangan, seperti terbentuknya kista (kantongan berisi cairan) atau jaringan thyroid yang tumbuh di dasar lidah. Kedua, karena proses radang atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves dan penyakit Hashimoto. Ketiga, karena terjadi gangguan metabolik serta hyperplasia, misalnya pada struma koloid dan struma endemik. Sedangkan keempat, pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasia meliputi adenoma –sejenis tumor jinak- dan adenokarsinoma, suatu tumor ganas.

Apakah pembesaran itu harus dioperasi?

Tidak selalu harus semua kasus ditangani dengan operasi. Harus diketahui dulu penyebab pembesaran tersebut. Tahunya berdasarkan keterangan bagaimana proses pembesaran itu terjadi, melalui pemeriksaan laboratorium, terutama yang berhubungan dengan fungsi kelenjar tersebut (Lab; TSH, T3, T4), pemeriksaan USG dan pemeriksaan biopsi.

Bilamana dioperasi ?

Tindakan pembedahan dikerjakan dengan alasan; adanya nodule atau benjolan tunggal di salah satu bagian anatomis kelenjar tersebut yang dikhawatirkan bisa berkembang menjadi ganas. Adanya multi nodul –banyak benjolan- yang berat, penekanan terhadap saluran nafas dan dengan alasan estetik atau penampilan diri seseorang yang mengalami pembesaran di bagian leher depan itu. Tentu operasi dikerjakan setelah syarat-syaratnya terpenuhi termasuk hasil pemeriksaan lab yang menunjukkan fungsi kelenjar thyroid ini yang sebisa mungkin tidak sedang mengalami gangguan (hyper atau hipo-thyroid). Untuk menurunkan kadar hormone thyroksin dapat diberikan obat-obatan yang bisa menekan thyroid agar tidak memproduksi hormone yang berlebihan.

Bagaimana prosedur dan jenis pembedahannya?

Pembedahan kelenjar thyroid disebut thyroidectomi. Pada pelaksanaannya ada yang mengangkat sebagain kelenjar (hemithyroidectomi, subtotal thyroidectomi, isthmolobectomi), keseluruhan (total thyroidectomi) atau bisa juga radikal thyroidectomi pada kasus kanker. Pemilihan itu tergantung dari kasus atau kelainan yang dijumpai. Pada perkembangan saat ini, untuk kasus tertentu, pengangkatan nodule thyroid bisa dikerjakan dengan minimal invasive surgery.

Bagaimana pengaturan hormon tubuh jika thyroid diangkat total?

Dapat digantikan dengan obat yang berfungsi seperti hormone tiroksin yang mesti teratur diminum sepanjang hidup.

Jenis kelainan mana yang paling berbahaya dari pembesaran itu?

Pembesaran oleh karena keganasan atau adenocarsinoma thyroid. Ada yang bertipe; papiler, folikuler, medulare dan anaplastik. Yang paling cepat menimbulkan kematian dari keempat tipe itu adalah jenis anaplastik.

Bagaimana gejala kanker thyroid?

Pembesaran yang relatif cepat. Teraba sebagai multi nodule atau pembesaran yang merata di seluruh permukaan kelenjar dan leher bagian depan. Penurunan berat badan yang signifikan. Disertai pembesaran kelenjar limfe di leher bagian atas, di bagian bawah atau di ketiak. Terasa ada penekanan terhadap jalan nafas dan memiliki faktor resiko seperti umur, riwayat turunan dan lain-lain…

Perawatan Luka Kronis

Perawatan Luka Kronis

Monday, February 2nd, 2009

Banyak di antara kita, termasuk juga pekerja medis belum memahami benar bagaimana merawat luka, terutama luka kronis dengan baik. Yang memang sudah dianggap biasa untuk merawat luka oleh pasien atau keluarga sekalipun, sekali waktu pernah merasa tidak percaya diri dalam menghadapi jenis luka yang penyembuhannya membandel ini. Padahal segala upaya telah dilakukan. Banyak pula jenis produk perawatan luka yang dipakai, waktu merawatnya pun sudah teratur dan disiplin, namun belum juga menampakkan tanda tanda penyembuhan. Luka kronis umumnya dimaksud adalah luka yang terinfeksi yang masa penyembuhannya tidak sesuai lagi dengan kondisi normal. Luka tersebut bisa berasal dari luka karena trauma, bekas operasi, fistel, abses, ulcus, luka diabetic, luka karena keganasan, tekanan, gangguan vaskuler dan lain-lain. Jenis kuman yang menginfeksinya bisa oleh bakteri, jamur, parasit ataupun virus. Jika tidak mendapatkan penanganan yang benar, dapat menimbulkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan tubuh di sekitarnya, menyebabkan jaringan (bagian yang membentuk tubuh; kulit, lemak, fascia, pembuluh darah, saraf, otot bahkan tulang) menjadi mati atau nekrosis. Lebih jauh dari itu, dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke seluruh tubuh melalui darah, menjadi apa yang disebut dengan sepsis hingga mengancam nyawa seseorang.

Untuk mudah diingat, tahap penanganan luka kronis secara lokal dibagi menjadi empat, yang saling terkait dan tidak bisa dikerjakan tanpa berurutan.

Mengangkat jaringan mati

Semasih di dalam luka ada jaringan mati (nekrotik), upaya apapun dikerjakan tidak akan berhasil. Sebab dengan adanya bagian jaringan yang membusuk, merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Mengakibatkan koloni bakteri akan makin berkembang, nanah semakin banyak dan kerusakan jaringan tambah lama tambah luas, sehingga jaringan yang rusak inipun menjadi mati dan membusuk. Upaya untuk membersihkan luka macam ini disebut dengan debridement. Pengertiannya, selain menghilangkan jaringan mati juga membersihhkan luka dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh. Cara yang dikerjakan bisa secara pasif dengan mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material perawatan luka yang fungsinya untuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka yang nekrotik. Cara ini tidak cukup dikerjakan 1 atau dua kali, mesti beberapa kali hingga butuh beberapa hari. Atau bisa dikerjakan secara aktif, relatif lebih praktis, dengan melakukan pembedahan. Memang dibutuhkan keberanian melakukan hal ini walaupun pertimbangan estetik tubuh bukan lagi menjadi prioritas. Ada juga yang kurang umum diketahui, yakni dengan mechanical debridement dan biological debridement (menggunakan serangga).

Menghilangkan nanah

Luka bernanah kebanyakan disebabkan karena bakteri. Ada bakteri yang menghasilkan banyak nanah, ada bakteri yang menimbulkan nanah serta bau khas, menghasilkan gas gangrene dan bau busuk yang menyengat dan ada yang dominan menyebabkan jaringan menjadi mati / nekrosis. Jadi dari kondisi luka saja sudah dapat diduga kuman penyebabnya. Walaupun sangat dibutuhkan pemeriksaan cultur –pembiakan kuman- untuk mencari secara pasti jenis kuman penyebab guna menentukan therapy antibiotika yang tepat. Dengan pembedahan, membuka serta mengalirkan nanah yang terperangkap di dalam tubuh merupakan cara terbaik untuk mengurangi pembentukan nanah. Upaya ini akan lebih lengkap jika diiringi dengan perawatan luka menggunakan absorbent agent atau yang lebih sederhana cukup dengan cairan fisiologis yang nantinya kalau basah, pembungkus luka bisa diganti beberapa kali. Banyaknya nanah menjadi salah satu indikator tingkat perbaikan luka. Akan lebih cepat masa penyembuhannya jika produksi nanah oleh luka ini belum sampai menimbulkan jaringan nekrotik yang luas.

Menjaga kelembaban luka

Setelah jaringan mati berhasil dibersihkan dan pengeluaran nanah oleh luka dapat diminimalisir, fase berikutnya adalah keluarnya cairan bening yang merupakan cairan tubuh sebagai petanda tahap penyembuhan luka akan segera dimulai. Semasih produksi cairan ini berlebihan, dibutuhkan usaha untuk menguranginya atau mengeringkan luka tersebut. Material yang digunakan bisa sama dengan yang digunakan untuk mengurangi nanah seperti di atas. Namun demikian harus tetap dijaga kelembaban luka. Makin kering kondisi luka, basahnya kasa penutup luka juga semakin diperas. Seperti prinsip yang sudah umum diketahui dalam menangani luka; basah dilawan dengan basah, kering diimbangi dengan penutup luka yang semakin kering juga. Sehingga dengan demikian waktu untuk mengganti penutup luka pun bisa diperjarang, tidak seperti tahap tahap sebelumnya.

Menunjang masa penyembuhan

Penyembuhan luka atau masa granulasi dimulai jika dasar luka sudah tampak kemerahan. Bisa diibaratkan seperti penampakan daging segar. Selain tetap menjaga kelembaban, luka harus tetap dijaga bersih serta hindari dari trauma sebab dengan pembentukan jaringan yang baru tumbuh ini, rawan sekali akan terjadinya perdarahan. Tersedia juga banyak produk perawatan luka, baik berupa cairan, cream, gel atau pasta yang berguna untuk merangsang terbentuknya sel-sel baru, membentuk kolagen dan mengisi bagian tubuh yang rusak dan tergerus sebelumnya. Problem yang biasanya dihadapi pada fase ini adalah penutupan luka di permukaan. Kalau lukanya tidak luas, bisa berharap kulit di sekitar luka akan tumbuh juga untuk melapisi luka. Namun jika lukanya luas, bisa dilakukan penjahitan skunder dengan lebih mendekatkan tepi tepi luka atau sekalian dilakukan flap atau tandur kulit yang mengambil kulit dari bagian lain tubuh.

Tahap tahapan di atas, sekali lagi hanya memperhatikan perawatan terlokalisir di luka tersebut semata. Sedangkan penyembuhan luka tidak hanya tergantung dari perawatan itu saja, namun harus dinilai apa yang mendasari terbentuknya luka kronis tersebut. Justru hal inilah yang potensial menghambat penyembuhan luka. Hal itu meliputi faktor usia, kondisi nutrisi penderita –terutama kandungan protein-, penyakit penyerta -seperti; diabetes, kelainan vena, kanker, malnutrisi-, penurunan imunitas dan kondisi psikis serta keterbatasan gerakan fisik. JIka hal hal itu ada, hendaknya diatasi dulu sebelum serius merawat luka atau setidaknya dilakukan perbaikan bareng dengan perawatan luka yang menjadi keluhan utama penderita.

Sebetulnya sembuh tidaknya luka tersebut ditentukan oleh tubuh kita sendiri. Upaya upaya yang dilakukan di atas hanya terbatas membuat suasana agar tubuh lebih terpacu untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Kata di text book: We can’t heal the wound, but just able to promote the healing process….